Jumat, 04 Desember 2009

Takdir dan Umur

Jangan Terhanyut Dalam Memikirkan Takdir
Takdir...semua makhluk yang ada di alam semesta ini pasti memiliki takdirnya masing-masing. "Seseorang tidak bisa lari dari garis yang sudah tertulis di telapak tangannya," ujar salah satu kata pepatah.
Manusia...yang diberi kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lainnya yang diciptakan Allah SWT, dalam hidupnya kadang kala selalu memikirkan dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap takdir apa yang telah ditetapkan untuk dirinya.
Takdir sendiri, merupakan hak prerogratif Allah SWT yang dan merupakan ketentuan dari Allah SWT yang tidak bisa diganggu gugat oleh manusia. Sebab, Allah SWT adalah sumber segala sesuatu, sumber segala ilmu pengetahuan, serta pencipta dari alam semesta dan seluruh isinya. terdapat 3 golongan yang memahami takdir secara berbeda. Golongan pertama berpendapat bahwa manusia tidak bebas sama sekali, apa yang dilakukan, sudah ditentukan oleh Allah SWT. Yang kedua berpendapat, kita sangat bebas, apapun yang kita lakukan tidak ada campur tangan dari Allah SWT. Sedangkan yang ketiga berpendapat, apapun yang kita lakukan ada dalam aturan-aturan Allah SWT, tapi kita memiliki pilihan untuk melakukan sesuatu.
Yang pasti, Allah berkuasa atas diri kita, sedangkan manusia pada dasarnya tidak kuasa untuk merubah sendiri takdirnya. Namun, manusia wajib untuk bekerja dan berikhtiar, supaya Allah SWT merubah nasib kita. Sebab, Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, jikalau kaum itu tidak berusaha merubahnya sendiri.
Nabi Muhammad SAW bersabda, ikat dulu ontamu, baru kamu masuk ke Mesjid.
Buya Hamka mengatakan, Ummul Kitab, ibu dari kitab dan nasib, yang memegang dan mengaturnya adalah Allah SWT sendiri. Isinya menurut kehendak Allah SWT, bukan kehendak kita. Allah SWT bisa merubahnya, juga bisa menghapuskan dan bisa menetapkan, bahkan juga menambah, bukan tetap begitu saja.
secara umum mungkin "pendapat saya" takdir seseorang itu ditetapkan apabila seseorang itu telah berupaya sebisa mungkin, dan itu merupakan hak prerogratif Allah SWT.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata, jangan pernah memikirkan mengenai masalah takdir, karena itu adalah urusan Allah SWT. Lebih baik pikirkan tetangga yang ada disebelah kita, apakah sudah makan atau belum.
Takdir secara tidak langsung berhubungan juga dengan usia manusia hidup di dunia. seseorang tidak bisa menentukan hingga kapan ia menghirup udara di dunia yang fana ini.
Diceritakan, anak Amirrul Mukminin Umar bin Khattab sewaktu sekolah pernah diolok-olok temannya karena mempunyai banyak tambalan di pakaian yang dipakainya. Anaknyapun melapor ke Umar. Menanggapi hal tersebut, Umar kemudian mengirimkan ke bendahara negara agar mau meminjamkan uang kepada dirinya sebanyak 4 dirham dan akan dipotong pada saat dirinya menerima upah bulanannya.
Bendahara negarapun mengirimkan surat balasan kepada Umar yang berisi, apakah engkau bisa menjamin umurmu akan sampai hingga bulan depan.
Menerima jawaban seperti itu, Umar pun menangis dan langsung memohon ampun kepada Allah SWT. Dia berkata kepada anaknya, masuklah engkau sekolah dengan tetap memakai pakaian yang penuh dengan tambalan, karena aku tidak bisa menjamin bahwa ayahmu ini akan hidup sedetik akan datang.
Yang terpenting, biarkan takdir dan umur kita terus berjalan, sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah SWT, namun kita tidak boleh pasrah dalam menjalaninya. Kita harus tetap berusaha dan berusaha...sehingga memperoleh berkah dalam hidup ini.
Peace and love for all !!!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar